Kamis, 23 Februari 2017

MENGENAL FARMAKONOSI

FARMKOGNOSI


Hasil gambar untuk FARMAKOGNOSI



A.          Hubungan Farmakognosi Dengan Obat

              Perkataan    Farmakognosi    berasal    dari    dua   kata   Yunani    yaitu Pharmakon yang  berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat.
              Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :

1.
Obat                      :
Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bagian badan manusia.

2.
Obat Jadi               :
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai  nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau  buku- buku lain  yang ditetapkan pemerintah .

3.
Obat Paten            :
Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas  nama  si pembuat  atau dikuasakannya  dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.

4.
Obat Baru             :
Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik  sebagai   bagian yang berkhasiat maupun yang tidak  berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.

5.
Obat Tradisional   :
Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari  bahan- bahan tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

B. Ruang Lingkup Farmakognosi

              Farmakognosi  adalah  sebagai  bagian  biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga  ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang  diuraikan dalam definisi Fluckiger.  Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya  meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang    seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang  terkandung dalam simplisia  dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh :  Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.

              Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.

              Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk menentukan fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka inilah yang disebut obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.

              Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam metode ekstraksi dengan pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila ekstrak yang diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai kromatografi, maka hasilnya disebut isolat.
              Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat – sifat fisika dan kimiawinya akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian tentang identifikasi, karakterisasi, elusidasi struktur dan spektrofotometri.

              Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan dalam fitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan uji pra klinik akan didapatkan obat jadi. Mulai dari bahan obat sampat didapatnya obat jadi dapat diuraikan dalam skema berikut :

C. Hubungan Farmakognosi Dengan Botani - Zoologi

              Simplisia  harus mempunyai  identitas  botani – zoologi  yang  pasti, artinya  harus diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari mana  simplisia tersebut diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia ditentukan bahwa untuk Kulit Kina harus diambil dari tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina terdapat banyak sekali , yang tidak mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya identitas botani – zoologi maka nama –nama tanaman  atau hewan dalam Farmakope selalu disebut nama latin dan tidak dengan nama   daerah, karena satu nama daerah seringkali  berlaku untuk lebih dari satu macam tanaman  sehingga dengan demikian nama daerah tidak selalu memberikan kepastian identitas. Dengan demikian menetapkan identitas botani – zoologi secara tepat adalah langkah pertama yang harus ditempuh sebelum  melakukan kegiatan-kegiatan lainnya dalam bidang farmakognosi.

D. Hubungan Farmakognosi Dengan Ilmu – Ilmu Lain 

          Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan  umumnya diramu atau diracik  sendiri oleh tabib yang memeriksa sipenderita,  sehingga dengan cara tersebut Farmakognosi  dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia diapotik kemudian terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di apotik digantikan dengan sediaan – sediaan galenik yaitu,  tingtur, ekstrak, anggur dan lain – lain.        

           Kemudian setelah kimia organik berkembang, menyebabkan makin  terdesaknya  kedudukan simplisia di apotik - apotik. Tetapi hal ini bukan berarti  simplisia tidak diperlukan lagi, hanya  tempatnya tergeser ke pabrik - pabrik  farmasi, Tanpa  adanya simplisia di apotik tidak akan terdapat sediaan-sediaan galenik, zat kimia  murni maupun sediaan bentuk lainnya, misalnya:  serbuk, tablet,  ampul, contohnya:  Injeksi Kinin Antipirin,  Secara sepintas Kinina antipirin dibuat secara sintetis tetapi dari sediaan tersebut hanya Antipirin saja  yang dibuat sintetis  sedangkan kinina hanya dapat diperoleh jika ada Kulit Kina, sedangkan untuk mendapatkan kulit kina yang akan  ditebang atau dikuliti adalah dari jenis Cinchona yang dikehendaki. Untuk memperoleh jenis Cinchona yang dikehendaki tidak mungkin diambil dari jenis Cinchona yang  tumbuh liar, sehingga harus ada cara pengumpulan dan perkebunan yang baik dan terpelihara. Dalam perkebunan ini farmakognosi erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain misalnya: Biokimia, dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti Kortison, Hidrokortison dan lain - lainnya.

              Dari contoh - contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa ruang   lingkup Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam  nabati- hewani dan mineral  dalam berbagai aspeknya di bidang farmasi dan Kesehatan.

E. Sejarah Dan Perkembangan Farmakognosi

              Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang,  hal  ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria,  yang memuat simplisia antara lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani kuno  misalnya  Hippocrates  (1446 sebelum  masehi),  seorang tabib telah mengenal kayu manis, hiosiamina, gentiana,  kelembak, gom   arab, bunga kantil dan lainnya.

        Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menul “Genera Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani,  sedangkan farmakognosi modern  mulai dirintis oleh  Martiuss.  Seorang apoteker Jerman dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara- cara untuk   mengetahui kemurnian simplisia.                  

              Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini  perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.

ALAT KESELAMATAN SAAT PRAKTEK

PERLENKAPAN DI LAB YANG HARUS DI KENAKAN 

Hasil gambar untuk FARMAKOGNOSI ALAT KESELAMATAN PRAKTEK

Macam-macam Perlengkapan Keselamatan Kerja di Laboratorium Kimia

Pakaian Labor

Pakaian Labor umumnya berwarna putih, persis seperti jas yang dipakai oleh dokter. Warna putih pada pakaian Labor untuk memudahkan sensitivitas Ana yang terlihat apabila pakaian yang dikenakan tertumpah zat kimia yang bermacam warna. Pakaian Labor pun berguna untuk melindungi pakaian yang kita pakai terhadap kontak fisik zat serta senyawa kimia di laboratorium.

Sepatu

Ketika memasuki laboratorium kimia lebih baik memakai sepatu yang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar sebab di dalam laboratorium terdapat banyak zat yang mudah terbakar. Jangan sampai memakai sandal, sebab apabila tertumpah zat kimia sepatu akan lebih melindungi kaki serta kulit jika dibandingkan dengan sandal. Pilihlah sepatu

Masker

Ketika memasuki laboratorium serta merasakan aroma yang tidak sehat, segeralah untuk menggunakan masker. Sejumlah zat kimia berdampak bahaya apabila terhirup. Terlebih ketika melakukan bermacam reaksi yang melibatkan sejumlah zat serta senyawa yang pekat. Ketika bekerja di lemari asam, pastikanlah wajah serta indera penciuman anda sudah terlindungi secara aman.
Zat berkonsentrasi pekat semisal amoniak, asam klorida serta Natrium hidroksida akan memerikan dampak yang cukup serius apabila terhirup. Apabila zat-zat berbahaya terhirup ataupun tetelan maka segeralah meminum susu guna mengikat serta menetralkan racun yang ada di dalam tubuh.
Akan tetapi hal ini tidak berlaku ketika tertelan atau terkontaminasi senyawa merkuri. Jangan meminum susu sebab akan lebih berbahaya. Ligan dari senyawa susu akan berhubungan dengan logam merkuri dalam membentuk senyawa kompleks yang bersifat racun atau Toksid.
Sarung tangan
Pakailah sarung tangan apabila anda tengah melakukan sejumlah reaksi kimia serta memindahkan ataupun mengangkat zat-zat yang berbahaya. Apabila tangan terkena kontak fisik terhadap suatu zat, maka segeralah bilas dengan air sebanyak-banyaknya. Bilaslah sampai bersih, sampai hilang warna serta baunya.

GAMBAR RUANGAN LAB FARMAKOGNOSI

RUANG LAB FARMAKOGNOSI








TATA TERTIB DI LEB FARMAKOGNOSI

PERSIAPAN SEBELUM MASUK LEB


Tata Tertib Peserta Praktikum 

  1. Peraturan dan Tata TertibPERATURAN UMUM BEKERJA DI LABORATORIUM1. KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM 
  2. • KENALI lokasi-lokasi dan cara pengoperasian fasilitas keselamatan kerja dan keadaan darurat, seperti pemadam kebakaran, kotak P3K, alarm kebakaran, pintu keluar darurat, dsb. 
    • Di laboratorium dilarang untuk makan, minum, merokok, menerima tamu serta mengobrol.
    • Laboratorium hanya untuk mengerjakan percobaan sesuai dengan prosedur yang tertulis atau diterangkan oleh koordinator praktikum
    • WASPADA Terhadap berbagai kondisi yang tidak aman.
    • SEGERA LAPORKAN kondisi-kondisi tak aman kepada Koordinator Praktikum atau Asisten Praktikum.

  3. 2. Peralatan Keselamatan Kerja Pribadi – Pakaian Yang Sesuai
    • Pakailah pakaian kerja yang sesuai dengan pekerjaan di laboratorium. Gunakan selalu jas lab lengan panjang. Gunakan sepatu tertutup yang layak untuk keamanan bekerja di laboratorium. Gunakan selalu kaca mata pelindung dan sarung tangan ketika bekerja dengan zat-zat yang berbahaya dan iritan
    • JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN KONTAK LENSA ketika bekerja di laboratorium kimia organik. Gunakanlah selalu kacamata pelindung yang sesuai.
    • Sepatu terbuka, sandal atau sepatu hak tinggi TIDAK BOLEH digunakan di laboratorium.
    • Rambut yang panjang harus selalu diikat dan dimasukkan ke dalam jas lab untuk menghindari kontak dengan zat-zat berbahaya, mesin yang bergerak dan nyala api.
    • Selalu cuci tangan dan lengan Anda sebelum meninggalkan laboratorium.
    3. Melakukan Percobaan
    • JANGAN PERNAH melakukan pekerjaan, penyiapan sampel atau percobaan TANPA PENGAWASAN supervisor laboratorium (asisten atau dosen).
    • Selalu persiapkan prosedur keselamatan kerja SEBELUM bekerja di laboratorium. Anda harus mengacu pada Material Safety Data Sheets (MSDS) setiap kali bekerja dengan zat-zat kimia tertentu.
    • Cek semua peralatan sebelum digunakan. Apabila terdapat kerusakan, segera laporkan kepada petugas laboratorium untuk segera diganti/diperbaiki.
    • Pilihlah tempat yang tepat untuk melakukan percobaan. Percobaan yang melibatkan zat-zat berbahaya dan beracun harus dilakukan di dalam lemari asam.
    • DISKUSIKAN selalu setiap perkembangan dalam percobaan kepada asisten atau dosen pemimpin praktikum.
    • JANGAN meninggalkan suatu percobaan tanpa pengawasan, terutama percobaan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah meledak atau mudah terbakar.
    • Jika perlu, TEMPATKAN TANDA BERHATI-HATI DAN NAMA ANDA di tempat percobaan sedang dilakukan, jika percobaan yang dilakukan cukup beresiko dan berbahaya.
    • Kenakan label nama dan NIM di jas laboratorium agar mudah untuk dikenali dan dihubungi.
    • Lakukan selalu pengecekan terhadap hal-hal yang menunjang keselamatan kerja setiap kali selesai percobaan. PASTIKAN semua keran gas, keran air, saluran listrik dan saluran vakum telah dimatikan sebelum anda meninggalkan laboratorium.
    3. BAHAN KIMIA
    • Bahan-bahan kimia di laboratorium kimia harus dianggap beracun dan berbahaya. JANGAN MAKAN DAN MINUM DI LABORATORIUM! Cucilah tangan Anda setiap akan meninggalkan laboratorium! 
    • Selalu nyalakan lemari asam ketika bekerja di laboratorium. Kerjakan reaksi-reaksi yang melibatkan senyawa yang mudah menguap dan mudah terbakar di dalam lemari asam!
    • Jika Anda menyimpan zat-zat yang mudah menguap di meja Anda, tutuplah selalu wadah yang digunakan untuk menyimpan zat tersebut!
    • Jika Anda menumpahkan zat kimia di meja Anda, segera bersihkan dengan lap kering atau tissue. Buanglah tissue atau lap kotor di tempat sampah yang disediakan di dalam lemari asam. Jangan buang sampah di dalam wasbak!!
    • Jika Anda terkena zat kimia, segeralah cuci dengan sabun dan bilaslah dengan air yang banyak. KECUALI APABILA ANDA TERKENA TUMPAHAN/CIPRATAN BROM, FENOL ATAU ASAM SULFAT PEKAT (H2SO4 PEKAT), HINDARI MEMBILAS DENGAN AIR!!! 
    • Jika terkena brom, segeralah bilas dengan anti brom yang disediakan di laboratorium. Kemudian setelah beberapa saat, bilaslah dengan air yang banyak.
    • Jika terkena fenol, segeralah bilas dengan anti fenol yang disediakan di laboratorium. Kemudian setelah beberapa saat, bilaslah dengan air yang banyak.
    • Jika terkena asam sulfat pekat, laplah bagian tubuh Anda yang terkena asam sulfat pekat dengan tissue kering atau lap kering. Kemudian setelah beberapa saat, cucilah bagian tubuh Anda dengan air sabun dan air yang banyak.
    • Zat-zat kimia berikut sangat iritan, kecuali jika dalam konsentrasi encer: asam sulfat, asam nitrat, asam hidroklorida (HCl), asam asetat dan larutan kalium hidroksida dan natrium hidroksida. Berhati-hatilah!
    • Dimetilsulfoksida, walaupun tidak iritan, tapi cepat sekali terserap oleh kulit. Berhati-hatilah!
    4. Penanganan Khusus Zat-zat Beracun dan Berbahaya
    • Anda harus mengetahui sifat fisik dan kimia zat-zat yang akan digunakan dalam setiap percobaan. Baca dan pahami MSDS tiap-tiap zat!
    • Beri label reagen dan sampel yang digunakan.
    • Simpan zat-zat kimia di lokasi yang sesuai.
    • JANGAN MEMBUANG zat-zat kimia ke wasbak!
    • Pindahkan zat-zat kimia sisa, residu atau zat tak terpakai ke botol-botol atau jerigen yang khusus untuk zat-zat sisa, yang tersedia di laboratorium.
    • JANGAN PERNAH memipet sesuatu dengan mulut!.
    • Segera bersihkan setiap tumpahan zat kimia maupun air dengan lap kering. Laporkan setiap kejadian bila Anda ragu cara menanggulanginya!
    5. KECELAKAAN 
    • Jika Anda terluka atau mengalami kecelakaan di laboratorium, beritahu segera dosen jaga praktikum. Segera hubungi pihak medis jika lukanya cukup serius.
    KEWAJIBAN PRAKTIKAN
    o PERLENGKAPAN PRAKTIKAN disiapkan sebelum memasuki laboratorium 
    Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali akan melakukan praktikum. Jangan sampai lupa!
    • Laporan Sementara Paktikum (lihat di petunjuk format sementara praktikum)
    • Memakai jas lab, warna putih, terbuat dari bahan sederhana, dan disarankan yang berlengan panjang.
    • Berpakaian rapi, sopan dan bersepatu (tidak boleh pakai sandal) dan disarankan memakai kacamata untuk keselamatan mata Anda.
    • Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran kerja anda, antara lain: alat tulis, korek api, lap kain, tissue, sabun/detergen, pisau lipat, gunting kecil.
    • Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri, peralatan di kanan, dengan cara diurut dari atas ke bawah. Bila perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
    • Diagram percobaan, untuk mempermudah urutan kerja yang akan dilakukan, dan gambaran percobaan keseluruhannya. 
    • Cara kerja dan pengamatan Merupakan singkatan prosedur kerja yang berbentuk kalimat pendek berupa poin-poin pengerjaan.

BENTUK BENTUK MIKROSKOP

MICROSKOP






 

MIKROSKOP

FARMAKONOSI

 Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis). Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.


Jenis-jenis mikroskop

Mikroskop digital yang bisa tersambung dengan komputer
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.
Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana (yang umumnya digunakan pelajar) dan mikroskop riset (mikroskop dark-field, fluoresens, fase kontras, Nomarski DIC, dan konfokal).

STRUKTUR MIKROSKOP




Struktur mikroskop

Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu:
  • Bagian optik, yang terdiri dari lensa objektif dan lensa okuler.
  • Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek/meja preparat, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek (preparat),cermin, kondensor, dan sumber cahaya.

Pembesaran

Tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan dari benda yang dimikroskop lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbagai faktor, diantaranya titik fokus kedua lensa( objektif f1 dan okuler f2, panjang tubulus atau jarak(t) lensa objektif terhadap lensa okuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata normal(sn). Rumus:

{\displaystyle \ {Vm}={\frac {t.sn}{f_{1}.f_{2}}}}

Sifat bayangan

Baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar. Jika seseorang yang menggunakan mikroskop cahaya meletakkan huruf A di bawah mikroskop, maka yang ia lihat adalah huruf A yang terbalik dan diperbesar